Lorem

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.
 

MAKALAH SEJARAH KELAHIRAN PROFESI GURU

Jumat, 09 Oktober 2009







Pada zaman dahulu, sebelum agama masuk Indonesia, seseorang yang ingin belajar harus mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang telah meninggalkan tahta kerajaan karena sudah tua dan memperdalam masalah kerohanian. Petapa itula yang disebut juga guru bagi muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut. Biasanya para murid mengerjakan sawah ladang petapa untuk keperluan hidup sehari-hari.

Pada masa kerajaan Budha atau Hindu di Indonesia orang belajar di Bihara. Biksu yang mengajar membaca serta menulis huruf sansekerta di Bihara tersebut disebut guru. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja di ladang. Para siswa juga memberikan sedekah dari masyarakat untuk membantu kehidupan sehari- hari.

Setelah agama Islam masuk di Indonesia orang belajar di Pesantren supaya dapat membaca Al-qur’an dan melakukan sholat dengan benar. Ulama’ yang mengajar diPesantren juga dinamakan guru. Para siswa biasanya tinggall di rumah ulama’ tersebut dan membantu bercocok tanam untyuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Para pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia umumnya beragama Kristen, selain berdagang mereka juga menyebarkan agama itu. Mempelajari agama Kristen, membaca dan menulis huruf latin. Para pendeta yang mengajarkan agama Kristen itu juga disebut guru. Untuk kepentingan penjajahannya Belanda memerlukan pegawai yang pandsai menulis dan membaca huruf latin. Karena itu, mereka mendirikan sekolah dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak berkaitan dengan agama. Inilah awal mula sistem Pendidikan modern di Indonesia.
Pada zaman kemerdekaan Indonesia rakyat memperjuangkan pertahanan kemerdekaannya. Kaum guru Indonesia bertekad turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang diwujudkan dalam salah satu tujuan kelahiran PGRI yaitu : turut aktif mempersatukan kemerdekaan RI.

Lahirnya guru berawal dari lahirnya PGRI. Dimana tepat 100 hari setelah proklamasi Kemerdekaan tepatnya pada tanggal 25 November 1945, PGRI dilahirkan. Setelah PGRI dilahirkan pada tanggal 23 s/d 25 November 1945 ke-1 di Surakarta, di gedung Somaharsana (pasar pon), Van De venter school (sekarang SMP N 3 Surakarta). Pada saat itu kongres mendapat sambutan mitraliur Belandadan serangan kapal terbang yang mengadakan oprasi militer dengan sasaran gedung RRI Surakarta.

Kelahiran PGRI sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi Kemerdekaan, merupakan manifestasi akan keinsafan dan rasa tanggung jawab kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan RI.

Guru-guru sadar akan tugasnya bahwa pendidikan adalah sarana utama dalam pembangunan bangsa dan negara, mereka melaksanakan dwifungsi dalam kerjanya, yaitu : digaris belakang mendidik dan mengajar disekolah-sekolah biasa, sekolah peralihan, sekolah pengungsian. Disamping itu, mereka juga melakukan kerjasama dengan masyarakat mendirikan dapur umum dan mempersiapkan makanan untuk para pejuang di garis depan. Kecuali itu mereka menjadi pemimpin atau komandan barisan tentara : BKR, TKR, TRI/TNI, BARA , API, Hizbullah, Sabilillah, Pesindo, Laskar Rakyat, PMI, dan para pejuang lainnya.

Walaupun PGRI telah berkembang ke seluruh pelosok tanah air, namun perjalanan sejarahnya tak lepas dari arus perjuangan bangsa Indonesia dalam tekad menegakkan kemerdekaan.

Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan kongres PGRI III tahun 1948 di Madiun yang dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan kolonial Belanda yang berusaha menentang kembali daerah jajahannya di indonesia. Dengan liciknya Kolonial Belanda melaksanakan politik adu domba, memecah belah bangsa dan wilayah Indonesia dengan maksud melemahkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

Melalui Kongres PGRI II di Surakarta dan Kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah menggariskan haluan dan sifat perjuangannya yaitu :
1. Mempertahankan NKRI.
2. Meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah negara pancasila dan UUD 1945.
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik (non politik).
4. Sifat dan siasat perjuangan PGRI :
a. Bersifat korektif konstruktif terhadap Pemerintah.
b. Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh/pekerja lainnya.
c. Bekerjasama dengan badan-badan lainnya, [artai politik, organisasi pendidikan, badan-badan perjuangan.
5. Bergerak di tengah-tengah masyarakat.
Haluan dan sifat perjuangan PGRI tersebut membulatkan tekad anggota PGRI tersebut membulatkan tekad anggota PGRI dalam berjuang menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan.
Menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kreatifitas merupakan dasar dari segala hal dalam rangka meningkatkan sesuatu kearah kemajuan. Untuk berlaku kreatif, kita harus punya pengetahuan ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan langkah kemajuan, kemauan atau niat merupakan awal bagi terbentuknya sebuah sikap, tingkahlaku loyalitas sebagai wujud dari kreadibilitas seseorang. Jika antara kreatifitas dan kepribadian yang baik berpadu, maka akan menampilkan proses pendidikan yang selalu diiringi kreatfitas anak didik lebih terarah dan tepat guna.

Pendidikan guru menjadi masalah penting dalam masa perluasan pendidikan. Sekolah guru (Kweekschool) pertama dibuka pada tahun 1852 di Solo, segera diikuti oleh sekolah guru lainnya di pusat nahasa-bahasa utama di Indonesia. Sekolah-sekolah ini menghasilkan lebih dari 200guru antara 1887 dan 1892. Setelah depresi ekonomi jumlahnya dikurangi.

Sebelum sekolah guru dapat menghasilkan jumlah guru yang cukup, tidak diadakan syarat khusus untuk melakukan profesi guru ini. Karena gudang dan kantor pemerintah dapat diterima sebagai guru. Mutu pendidikan sering sangat rendah apa lagi diluar Jawa. Diantara guru-guru ada yang tidak pandai berbahasa Melayu, yang tidak lancar membaca, atau tak dapat mengalikan. Ada kelas-kelas yang besar sekali. Pada tahun 1859 seorang guru di Kaibobo (seram) harus menghadapi 285 murid dan di Manado 260 murid dalam satu kelas.

Karena kebutuhan guru yang mendesak setelah 1863, pemerintah memutuskan pada tahun1892 akan mengangkat guru tanpa pendidikan sebagai guru. Pada tahun 1875 diadakan bagi mereka yang ingin mendapatkan kualifikasi guru tabpa melalui sekolah guru. Gaji guru yang berwenang penuh berjumlah 30 sen – 50 sen sebulan, yang kemudian dinaikkan pada tahun 1878 menjadi minimal 75 sen dan maksimum 150 sen perbulan. Disamping itu lulusan sekolah guru (kweekschool) mendapat gelar menteri guru yang memberikan mereka kedudukan yang nyata dikalangan pegawai pemerintah lainnya yang memberikan mereka hak untuk menggunakan payung menurut ketentuan pemerintah, tombak, tikar, dan kotak sirih. Mereka juga banyak mendapat biaya menggaji empat pembantu untuk membawa keempat lambang kehormatan itu. Tanda-tanda kehormatan itu membangkitkan rasa hormat orang termasuk murid-muridnya sendiri. Khususnya anak-anak kaum ningrat.

Pada mulanya sukar mencari siswa untuk sekolah guru ( kweekschool) dan anak-anak priyai sering menggunakan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan dikantor pemerintahan yang lebih terhormat dalam pandangan mereka. Tak ada persyaratan untuk menjadi calon siswa. Sekolah guru dan tak ada sekolah yang mempersiapkan siswa untuk itu. Syarat satu-satunya adalah usia(minimal 14 dan maksimal17 tahun) dan inipun tak dapat dipastikan karena tidak adanya surat kelahiran. Ada kalanya calon tanpa berpengetahuan bahasa Melayu, nerhitung dan membaca harus diterima. Karena itu sekolah guru pada taraf permulaannya tak ubahnya sekolah rendah.



A. KESIMPULAN

Profesi guru pada zaman dahulu tepatnya pada zaman kerajaan hindhu budha sering disebut petapa. Guru pada zaman ini identik dengan keagamaan. Tetapi pada zaman detik-detik proklamasi indonesia, saat itulah rakyat berjuang agar negara ini bertahan dan terus merdeka. Tepat seratus hari kemerdekaan Indonesia, diadakannya kongres I PGRI di Surakarta, kemudian di teruskan pada tanggal 25 November 1945 di sebut sebagai hari lahirnya PGRI.

Kelahiran PGRI sebagai wadah organisasi guru yang sedang berevolusi kemerdekaan,ini merupakan manifestasi akan keinsyafan dan rasa tanggung jawab kaum guru Indonesia. Semua ini agar memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan Negara RI.


B. SARAN

Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah:
1. Sebaiknya profesi guru harus dijunjung tinggi karena telah banyak pengorbanan-pengorbanan yang terjadi.
2. Hendaknya kaum guru mengetehaui akan sejarah kelahiran profesi guru agar kaum guru sekarang mengajar muridnya dengan sungguh-sungguh.
3. Para guru harus merasa beruntung mempunyai profesi sebagai guru,karena dapat menghasilkan anak didik yang berguna bagi bangsa ini.








1 komentar:

Unknown mengatakan...

terima kasih atas penjelasan di makalahnya.
makalah ini akan membantu saya menyelesaikan karya yang sedang saya tulis. nantikan hasilnya di http://ragamdinamik.blogspot.com/
terima kasih. :)..

Posting Komentar

Lorem

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Ipsum

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Dolor

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.